7.16.2011

Jangan Lagi Bilang Aborigin Orang Kuno


Seniman muda asal Australia, Lucas Proudfoot, datang ke Indonesia membawa setidaknya dua misi penting. Pertama, bongkahan kayu berat sepanjang hampir 2 meter yang dia bawa merupakan suatu alat tiup yang merdu bila dimainkan dengan benar. Alat musik khas itu disebut didgeridoo (baca: didjeridu), warisan penduduk pribumi Australia, Aborigin.

Misi yang kedua bagi Proudfoot adalah ingin menepis stereotipe yang masih luas beredar bahwa suku Aborigin adalah orang berkulit gelap yang terbelakang. Proudfoot sendiri berdarah aborigin, walau dia mahfum bila ada orang yang baru mengenalnya mengira dia adalah pria bule.

"Saya juga ingin memberikan pengertian dan pemahaman baru, membuka mata dunia luar bahwa kaum Aborigin itu sudah tidak seperti yang digambarkan di televisi dan majalah-majalah selama ini. Kami bukan orang-orang kulit hitam yang memanggul kanguru... itu sudah kuno sekali," tutur pria berusia 31 tahun itu. 

Mengaku baru kali ini ke Jakarta, Proudfoot terkesan atas sambutan yang hangat dari publik lokal mengenai dirinya dan alat musik didgeridoo yang dia perkenalkan. 

Bersama seniman jalanan muda yang juga keturunan Aborigin, Reko Rennie, Proudfoot berkunjung ke Indonesia atas undangan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, dalam rangka perayaan kebudayaan kontemporer Penduduk Asli Australia pada 3-5 Juli 2011.

Berikut wawancara VIVAnews dengan Proudfoot yang berlangsung di Kedubes Australia:

Pertama-tama bisakah Anda jelaskan secara singkat tentang didgeridoo?
Didgeridoo adalah alat musik tradisional dari Australia Utara. Banyak yang mengatakan ini adalah alat musik khas Australia, namun tidak tepat seperti itu karena didgeridoo hanya dimainkan di utara Australia saja.
Alat musik ini adalah produk budaya daerah utara, dan merupakan bagian penting dalam acara-acara adat, terutama untuk tari-tarian.

Apa yang membedakan didgeridoo dari alat musik tiup lain, seperti saksofon atau terompet?
Didgeridoo terbuat dari kayu. Alat yang saya bawa ini terbuat dari kayu di barat laut Australia, namun kayu terbaik hanya ada di bagian utara.

Selain itu, didgeridoo tidak memiliki lobang. Pada dasarnya alat musik ini berasal dari satu kayu yang dibuat berongga. Hanya ada dua lobang, yaitu tempat meniup dan tempat keluarnya suara. Lubang untuk meniup lebih kecil daripada lubang keluarnya suara.

Sudah berapa lama Anda bermain didgeridoo?
Saya pertama kali belajar sejak berusia 14 tahun, jadi sudah hampir 20 tahun.

Bagaimana cara memainkannya?
Anda harus meniupnya dengan teknik pernasafan sirkuler (circular breathing). Dengan demikian Anda akan mampu meniupnya selama 10 hingga 30 menit tanpa putus.

Lucas Proudfoot tampil bersama anak-anak sekolah di Jakarta
Foto: Lucas Proudfoot mengajarkan anak-anak di Jakarta memainkan alat musik didgeridoo. (Australian Embassy / Mubarok)

Jadi semua orang bisa bermain didgeridoo?
Tidak juga. Secara adat, hanya laki-laki yang bermain digeridoo. Wanita tidak memainkan didgeridoo.

Berapa lama waktu yang diperlukan untuk berlatih bermain didgeridoo?
Jika Anda tekun berlatih, mungkin sekitar dua atau tiga bulan. Namun jika Anda berbakat, mungkin waktunya bisa lebih singkat lagi.

Bisakah Anda memainkan lagu pop kontemporer menggunakan didgeridoo?
Ya, tapi tidak menggunakan didgeridoo tradisional, karena hanya memiliki satu kunci saja. Jika ingin memainkan lagu pop kontemporer, saya menggunakan didgeridoo modern yang terbuat dari plastik dan memiliki tujuh kunci. Bentuknya lebih kecil dan tidak seberat didgeridoo tradisional.

Lagu-lagu pop apa yang biasanya Anda mainkan dengan digderidoo?
Lagu Billie Jean dari Michael Jackson, kadang saya juga memainkan lagu-lagu Black Eyed Peas.

Ada didgeridoo yang dicat dengan motif tertentu. Apakah ada filosofi tersendiri dibalik motif tersebut?
Didgeridoo berasal dari Australia Utara, dan kami memiliki banyak suku disana. Tiap suku memiliki motif dan totem sendiri. Yang tidak bermotif itu didgeridoo tradisional. Motif yang dimiliki sebuah didgeridoo melambangkan dari suku mana didgeridoo itu berasal.

Anda bisa bermain musik apa saja selain didgeridoo?
Saya bisa bermain gitar, karena orang tua saya juga kadang-kadang bermain gitar.

Anda dulunya seorang peselancar profesional. Apa yang membuat Anda beralih menjadi pemain didgeridoo?
Saya besar di daerah pantai di Gold Coast [kota pesisir di negara bagian Queensland, Australia], jadi saya sering berselancar. Namun saya juga tertarik pada musik, dalam hal ini didgeridoo.

Saat pertama kali mendengar alat musik ini dimainkan, saya tertarik untuk mempelajarinya. Saya belajar dari tetangga di Goldcoast karena walau ibu saya orang Aborigin, ia tidak bermain didgeridoo. Namun saya suka melakukan keduanya, berselancar dan bermain didgeridoo.

Lucas Proudfoot tampil bersama anak-anak sekolah di Jakarta
Foto: Lucas Proudfoot bersama para pelajar di Jakarta (Australian Embassy / Mubarok)

Anda menyebut diri seorang Aborigin, namun Anda lebih terlihat seperti orang berkulit putih. Sementara itu, banyak kalangan yang menilai orang Aborigin selalu berkulit gelap dan berambut ikal. Bagaimana Anda menanggapi stereotipe itu?
Selama ini media massa menggambarkan orang Aborigin sebagai orang-orang berkulit hitam atau cokelat yang masih berpakaian dan hidup secara tradisional, suka berburu, dan memanggul kanguru. Penggambaran seperti itu sangat kuno sekali.

Di Australia sendiri terdapat banyak jenis suku dan ras, dan kebanyakan sudah berdarah campuran. Ibu saya orang Aborigin dan ayah saya keturunan Skotlandia. Jadi saya sendiri juga berdarah campuran, namun bangga menyatakan diri sebagai Aborigin.

Orang Aborigin kini sudah mulai berbaur dengan orang kulit putih, terutama orang-orang mudanya, dan ini bagus sekali menurut saya.

Dimana saja Anda sudah tampil sebagai pemain didgeridoo?
Di Amerika Serikat, Brazil, dan negara-negara Eropa. Ini adalah kunjungan pertama saya ke Indonesia, ke Jakarta. Saya sangat suka Jakarta, terutama nasi goreng dan orang-orangnya yang ramah. Saya berencana untuk berlibur kembali kesini selama seminggu, karena kunjungan saya kali ini sangat singkat.

Bagaimana sambutan publik Jakarta dengan penampilan Anda, termasuk saat bertemu dengan anak-anak sekolah setempat?
Fantastis! Jakarta sangat fantastis, terutama anak-anaknya. Sambutan mereka luar biasa, walaupun mereka belum pernah melihat dan memainkan didgeridoo. Menurut saya, anak-anak di sini memiliki cita rasa irama yang bagus sekali.

Pesan apa yang ingin Anda sampaikan lewat didgeridoo?
Saya ingin lebih mengenalkan didgeridoo sebagai produk budaya asli Australia  kepada dunia. Selain itu, saya juga ingin memberikan pengertian dan pemahaman baru, membuka mata dunia luar bahwa kaum Aborigin itu sudah tidak seperti yang digambarkan di televisi dan majalah-majalah selama ini.

Kami bukan orang-orang kulit hitam yang memanggul kanguru. Itu sudah kuno sekali.





Jangan lupa dukung blog Raziq di Kontes TOP 1 Oli Sintetik Mobil-Motor Indonesia. Makasih yaa ^_^






WirausahaKontak Jodoh
Mobil BekasPasang Iklan Rumah


lintasberita

0 komentar:

Posting Komentar