Tiap kali berkeringat, peluhnya berubah jadi merah. Tiap kali berpikir keras, derah segar mengalir dari kepalanya.
Begitu juga ketika stres, kaget, dan letih, darah mengucur dari pori-pori kepalanya, bahkan telinga dan mulutnya.
Penyakit langka itu dialami salah seorang pasien RSUP M Djamil.
Pasien itu bernama Dora Indriyanti Tri Murni. Dia akrab dipanggil Adit. Saat dirawat di RSUP M Djamil, Rabu (1/6), darah segar masih mengalir dari kepalanya.
Melihat cucuran darah itu, membuat tubuh ini layu. Persendian terasa lepas, serasa tak mampu menahan berat tubuh.
Derita itu dialaminya sejak dua tahun lalu, 2009. Baru setahun kuliah, tiba-tiba dia sering mengalami sakit kepala, batuk darah dan mimisan. ‘’Saya terus bertahan dengan keadaan itu, walau sering muntah darah. Saya tak ingin menyusahkan adik yang tinggal bersama saya,’’ ujar Adit pada RPG di RSUP M Djamil, kemarin.
Adit tinggal di Ulugadut, Kecamatan Lubukkilangan, Padang. Untuk membiayai hidup dan kuliah, Adit mengojek. Saat mengojek, darah sering mengalir dari kepalanya.
Selepas mengantar penumpang, dia melihat helmnya telah basah oleh darah.
‘’Saya hanya bisa menangis atau tersenyum getir, melihat darah menempel di helm saya. Tak ada putus asa,’’ ujarnya tegar.
Setahun bertahan, akhirnya pada Oktober 2010, dia pingsan di toilet kampus. Teman-teman yang menolongnya sungguh kaget, ketika menggotongnya. Teman yang mereka kenal selama ini sebagai Adit, ternyata seorang wanita.
Sejak itu, kondisinya terus memburuk. Jika dulu hanya batuk darah, sekarang keluar darah dari pori-pori kepala. Darahnya keluar seperti keringat.
Setiap berpikir, letih, stres, kaget, darah akan keluar dari pori-pori kepalanya, telinga dan mulutnya. Namun, hal itu tak mengurangi niatnya mengojek sampai dini hari.
Saat sakit datang menyerang, dia berhenti dan istirahat. Saat sembuh, dia melanjutkan pekerjaannya.
Beberapa kali dia harus keluar masuk rumah sakit. Dia pernah dirawat di RS Siti Rahmah, dan RS Yos Soedarso. Tak ada lagi simpanannya. Uang untuk berobat pun dibiayai UBH. ‘’Sudah sepuluh juta kampus membantu biaya pengobatan saya. Rp7 juta waktu di RS Siti Rahmah, dan Rp3 juta di Yos,’’ bebernya.
Sekarang, dia tak kuasa lagi melawan penyakitnya. Dia harus terbaring dan dirawat di bangsal penyakit dalam wanita RSUP M Djamil Padang. Dokter sedang menganalisis penyakitnya. Karena darah yang keluar dari pori-pori itu adalah penyakit langka.
‘’Setiap kali rambut saya panjang, harus saya potong. Karena setiap darah keluar, menyebabkan rambut ini rontok,’’ ujarnya sambil menyeka darah yang mengalir keluar dari pori-porinya. Sekarang, Adit bingung memikirkan biaya pengobatan dan biaya hidup adiknya. Dia tak bisa lagi mengojek, sementara adiknya harus terus sekolah.
Belum lagi biaya kontrak rumah, listrik dan rumah sakit yang dipikirkannya. Karena beban pikiran itu pula, darah terus mengucur dari pori-pori kepala. ‘’Ketika masuk rumah sakit, ada kawan-kawan dan donatur yang menjamin biaya sebanyak Rp4 juta,’’ imbuhnya.
Kabag Humas RSUP M Djamil, Gustafianov menyebut Adit diduga mengidap treombati (kelainan trombosit), penyakit langka. Di RSUP M Djamil sendiri, baru kali ini mengobati penyakit tersebut. ‘’Biaya perawatan nanti akan dicarikan jalan keluarnya,’’ ujar Gustafianov.
Pantauan RPG, di kepalanya selalu mengalir darah. Wajahnya tampak pucat. Namun begitu, dia tetap terlihat tegar dan tersenyum.
Dengan tenang, dia mengelap setiap darah yang mengalir dari pori-pori kepalanya.
Adit Ternyata Perempuan
Kehidupan Adit juga unik. Banyak orang tertipu dengan penampilan fisiknya. Sehari-hari dia berpenampilan layaknya laki-laki. Sebelum menderita penyakit suspect treombati, tiada yang tahu jika Adit adalah seorang perempuan.
Teman kampusnya di Universitas Bung Hatta, selama ini mengenalnya sebagai pria tulen. Ia biasa pakai celana pendek, baju kemeja, plus kepala plontos.
Berbagai profesi laki-laki pun dijalaninya. Mulai dari kernet mobil, security, cleaning service, dan tukang ojek.
Penampilannya yang keras, menggambarkan kekerasan hatinya.
Dia mengubah penampilannya seperti laki-laki sejak kelas dua SMP. Ketika itu, ibunya meninggal. Sedang ayahnya, tak menghiraukan anak-anaknya.
Kerasnya kehidupan membuatnya terpaksa mengubah penampilan.
Dia berpikir, tak ada pekerjaan yang cocok untuk seorang wanita seumurnya. Dengan berpenampilan laki-laki, dia yakin bisa bekerja, tanpa ada orang melecehkannya. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai kernet angkot di Medan. Itu dilakukannya sepulang sekolah.
Saat itu, Adit bertekad menamatkan pendidikannya hingga sarjana atau jadi tentara Komando Wanita Angkatan Darat (Kowad).
Setamat SMAN 14 Medan tahun 2003, dia kembali jadi wanita dan merantau ke Batam.
Dia bekerja di PT Batu Balang. Tahun 2004, wanita kelahiran Payakumbuh, 22 Desember 1985 ini, mengalami kecelakaan. Dia terjatuh di kontrakannya, kepalanya terhempas dan mengalami cedera.
Akibat cedera kepala itu, dia tak lagi bisa bekerja, rambutnya kembali dipotong pendek, dan perusahaan tempatnya bekerja pun memulangkannya.
Tahun 2004, dia pulang ke kampung orangtuanya, di Painan, Pesisir Selatan.
Dua pekan di kampung ayahnya, Adit tak betah dan mencari pekerjaan di Padang. Dia memutuskan kembali bergaya bak laki-laki untuk memudahkan dapat pekerjaan.
Awalnya, ia melamar jadi security di PLTG Pauh Limo Padang dan diterima.
‘’Sejak mengalami cedera kepala, saya pesimis bisa mewujudkan cita-cita jadi Kowad, namun tak menutup kemungkinan bisa jadi sarjana. Namun, dengan bekerja sebagai security, saya takkan bisa jadi sarjana, saya pun berhenti,’’ ujarnya.
Dengan tabungannya, dia membeli motor dan mendaftar kuliah di Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta.
Profesi jadi tukang ojek kemudian dipilihnya untuk membiayai kuliah dan kehidupannya. Dia mangkal di Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Tekad kuat dan kerasnya kehidupan membuatnya bisa ngojek hingga tengah malam.
Selain untuk hidup dan kuliahnya, Adit alias Dora juga membiayai adiknya, Doni.
Jangan lupa dukung blog Raziq di Kontes TOP 1 Oli Sintetik Mobil-Motor Indonesia. Makasih yaa ^_^
0 komentar:
Posting Komentar